INILAH.COM, Jakarta – Siang bersalin malam, hari pun berganti pagi. Namun, mata remaja 15 tahun itu seakan tak lelah menatap layar komputernya. Ia tampaknya sudah terhipnotis permainan online di internet.
Lee Mi-hwa menuturkan, dirinya sempat bertengkar ketika berusaha menghentikan kegiatan online anak laki-lakinya. Sang anak yang sedang membunuh naga di dunia fantasi onlinenya, menunjukkan protes, dengan berteriak dan memukulnya. Pertengkaran itu pun membuahkan lebam biru di lengan atas Lee.
Sementara bulan lalu, sepasang suami istri yang baru menikah, tega membiarkan anaknya yang berusia 3 bulan kelaparan. Sementara mereka sendiri sibuk membesarkan anak virtual di game online dan menghabiskan sebagian besar waktunya di kafe internet. Petugas kepolisian yang menginvestigasi kasus tersebut menuturkan, bayi tersebut ketika ditemukan tampak seperti mumi, karena dia tidak diberi makan untuk sekian lama. Saat ini, investigasi masih berlangsung.
Mereka ini termasuk dalam dua juta orang yang diklasifikasikan sebagai pecandu internet oleh pemerintah Korea Selatan. Sebuah negara berpenduduk 49 juta jiwa, yang diperkirakan sebagai salah satu negara di dunia yang paling terikat dengan teknologi. Kencanduan ini bahkan beberapa di antaranya mengalami peningkatan aksi kekerasan.
Lihat saja pada Februari lalu, dimana seorang pemuda berusia 22 tahun tega memukul ibunya dengan gada hingga meninggal, karena mengusik dirinya yang tengah bermain game internet. Setelah pembunuhan itu, Ia bahkan masih melanjutkan permainan online selama berjam-jam dengan menagihkan pada kartu kredit ibunya.
Dr Kim Tae-hoon, psikiater yang merawat anak-anak candu internet mengatakan, sifat candu internet ini tidak dikenali dalam kondisi medis atau penyimpangan psikologis, tetapi seringkali memicu gejala penyimpangan mental serius seperti penyakit kekurangan perhatian dan depresi.
Ia pun menilai, internet terlalu disiapkan kesediaannya di Korea Selatan. Lebih dari 90% rumah memiliki akses nirkabel, menurut Organization for Economic Cooperation and Development. Sebagai tambahan untuk menyebarluaskan nirkabel, kafe internet yang dikenal dengan ‘PC rooms’ dibuka 24 jam di seluruh belahan negara.
“Di Korea Selatan lebih mudah bagi penduduk untuk memainkan game online daripada menginvestasikan hubungan personal offline melalui pembicaraan tatap muka,” tambahnya.
Senada dengan Eo Gee-jun, Presiden Korea Computer Life Institute yang menuturkan, orang menjadi semakin mati rasa dalam berinteraksi dengan sesama manusia. Tiga dari 10 orang dewasa dan 26% remaja adalah pecandu game. Anak-anak mulai memainkan game internet ketika mereka masuk ke kelas empat atau lima. “Mereka semakin lengket ketika bertambah dewasa.” ujarnya.
Insiden semacam itu dan permintaan publik akan aksi nyata melawan candu internet, telah memperingatkan pemerintah. Mereka bulan lalu telah mengumumkan adanya pelarangan akses ke game online populer. Selain berencana mengirim penasehat pemerintah ke sekolah dasar untuk mendidik anak-anak tentang penggunaan internet sehat.
Mereka bahkan telah mengeluarkan 10 miliar won atau US$9,7 juta (Rp 87,3 miliar) untuk mendidik publik tentang bahaya kecanduan online dan mendanai pusat konsultasi bagi individu yang terobsesi web.
“Sedikit ironis bahwa apa yang diciptakan untuk membuat hidup lebih baik, justru memperburuk hidup kita,” keluh Park Hye-kyung, Direktur I Will Center, pusat konseling pemerintah yang didirikan pada bulan Desember untuk fokus dalam pertumbuhan isu kecanduan internet.
Kementerian Kebudayaan mengumumkan proyek gabungan dengan perusahaan utama game Korea Selatan pada awal bulan. Yakni untuk menutup akses tiga game internet populer bagi pengguna berusia di bawah 18 tahun, dari tengah malam hingga pukul 8 pagi.
Kementerian meminta pengembang game mengawasi pengguna dengan nomor ID nasional. Selain memantau usia pengguna, orang tua juga diizinkan mengecek apakah anak mereka menggunakan ID orang tua untuk bermain pada jam terlarang.
Lee Young-ah, seorang petugas di Kementerian Kebudayaan, Olahraga dan Turisme mengatakan, mulai tahun depan, pemain game bisa menginstal program gratis ke dalam komputer yang membatasi akses ke internet, tentu berdasarkan keterangan pemerintah bulan lalu.
“Kebijakan pemerintah penting, tetapi krusial bagi publik ikut serta menangani. Kami ingin memberi peringatan kepada sebanyak mungkin orang tentang keseriusan kecanduan internet sehingga tiap individu bisa mengontrol diri sendiri.” Paparnya.
Nexon, perusahaan game besar di Korea Selatan mengatakan bahwa jam malam merupakan langkah pertama dalam perang melawan kecanduan online. “Kami ingin menciptakan budaya sehat menikmati game dan tidak menderita sebagai penyakit,” ujar Juru Bicara Nexon Lee Young-ho. [ast/mdr]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar